Tatapan adalah anugerah
untuk mampu memahami keindahan. Memandang berbagai warna-warni kehidupan yang
mengisi hari dalam setiap kedipan. Ada banyak yang dapat dilihat, dari kelopak
bunga yang cantik, cerahnya awan, burung yang berterbangan, atau mungkin
wajahmu yang entah mengapa Tuhan menciptakanmu begitu indah. Komposisi keelokan
yang berbaur menjadi satu dalam senyummu yang sempurna. Senyum yang menjadi
candu kala aku dilanda rindu pada kamu yang kerap mampu menghilangkan segala
gundah-gulana yang melekat dibenakku.
Bermula dari satu
tatapan, aku mulai terkesan. Mungkin tatapan itu telah berproses menjadi suatu
kekaguman. Intuisi selalu berkata, kaulah yang diinginkan hati walau tidak
jarang kau memberi isyarat bahwa intuisiku salah. Entah, aku tidak tahu harus
mengikuti yang mana – kata hatiku atau sikapmu yang selalu tersirat dalam
setiap celotehanmu di ruang maya yang penuh tanda tanya.
Bukan bermaksud
memaksakan kehendakku, jika pada akhirnya kau tidak memilihku. Salahku yang tak
mampu menjaga pandangan atau terlalu pengecut untuk mengungkapkan kejujuran
yang ada di hati. Setidaknya apabila intuisi ini hanya sebatas ego yang tak
berujung, aku tetap bersyukur pernah mengagumi sosok mengagumkan sepertimu. Keindahan
dunia yang hingga detik ini masih kuharapkan akan melabuhkan cintanya di pelabuhan
cintaku yang senantiasa aku jaga dan nantikan hanya untukmu seorang.
Tersenyumlah, untuk pengagum rahasiamu ini yang tak tahu diri. Semoga kamu
bukan ego yang menjelma menjadi ilusi.
Semarang, 22
Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar